“Bakso bulat, seperti bola ping-pong. Kalau lewat membikin perut kosong.”
You sing you lose.

Joke aside, buat sebagian besar dari kita yang grow-up dengan lagu itu, bakso udah menjadi salah satu staple food, apalagi di musim hujan seperti ini. Kebayang kan nyeruput hangatnya kuah bakso sapi yang gurih? Ngunyahin daging bakso urat yang kenyel, sedikit ngelawan, dan teksturnya bikin pengen nambah lagi dan lagi?
I know. Sengangenin itu memang.
Bakso Aan, apalagi. Dua kali lebih ngangenin dari bakso biasa. By bakso biasa, maksud gua, random bakso tanpa brand yang bisa lo temukan di food court mana saja.
Bakso Aan lebih ngangenin karena, gurihnya beda. Lo bisa ngerasain kuah hasil godokan daging dan tulang sapi yang diolah berjam-jam bikin wanginya lebih pekat dan otomatis ngebangunin naga lapar di dalam perut. Top that off dengan satu dua sendok bawang putih goreng, dijamin susah pindah ke lain hati.
Bakso Aan lebih ngangenin karena di luar yang seperti bola ping-pong, mereka punya bakso jagoan yang justru bentuknya tidak ada bola-bola-nya sama sekali. Bakso Daging Iris, namanya.
Wait, what? Bakso. Daging. Iris?


You heard that right. Bayangin irisan-irisan daging sapi yang tebelnya pas untuk dikunyah, tetep dapetin teksturnya, tapi empuknya seolah-olah ini daging wagyu. Semi-melt-in-your-mouth kind of feeling. Entah rahasia apa yang digunakan di dapur mereka. Tapi gua suspect ada darah Stephen Chow di film God of Cookery yang mengalir di pemilik Bakso Aan. I can be wrong, but I won’t be shocked if it turned out right.
So, apa yang mesti lo cobain di sini selain bakso sapi, bakso daging iris? Gua personally, doyan banget sama bakso uratnya. Yang gua cari dari bakso urat Aan adalah teksturnya. Kasar, cukup untuk bikin pengalaman makan-nya gak bosenin, tapi cukup empuk, bahkan untuk gigi yang doyan lembek sekalipun.
Giling, sambil nulis ini, rasa kangen itu sekonyong-konyong muncul lagi.

Giling emang. Baru sekitar 5-6 tahun lalu, gua cobain Bakso Aan untuk pertama kalinya. Dan sejak itu pula, gua belum pernah pindah ke lain hati.
Bakso Aan, bakso yang dua kali lebih ngangenin. Bakso yang bikin gua merubah lirik lagu masa kecil gua. Bulat ping-pong was so 2000-and-late. Welcome, bakso iris.